PENDIDIKAN HUMANIS YANG SESUAI FITRAH ISLAM ITS MY DREAM....

PENDIDIKAN HUMANIS YANG SESUAI FITRAH ISLAM

IT’S MY DREAM....

 

Penulis: Hamdan Juwaeni

MTs Negeri 1 Banjar

 

Kalimat kutipan "It's My Dream..." dari film serial “Layangan Putus” yang beberapa waktu ini menjadi tranding di berbagai media sosial, bahkan banyak melahirkan berbagai karya kreatif karena ramainya kalimat kutipan tersebut, seolah menjadi penghibur bagi masyarakat di tengah pendemi saat ini. Dalam tulisan ini kita tidak akan membahas tentang film serial tersebut, yang akan kita bahas terkait bagaimana mengembangkan mimpi kita dalam dunia pendidikan menjadi kenyataan ditengah pengaruh perkembangan teknologi, dan ditengah kemerosotan moral peserta didik kita. Apalagi ditambah dengan adanya pendemi ini menjadikan pendidikan moral dan emosional peserta didik tidak tersentuh.

It’s Not My Dream...

Pendidikan kita saat ini berada pada ambang krisis, terutama krisis moral pada sebagian besar anak didik. Pada hakikatnya pendidikan merupakan sebagai proses humanisasi, tujuannnya untuk mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik secara moral, intelektual, maupun spiritual. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan di negara kita telah mengikuti trend pendidikan yang mengedepankan intelektual, penilaian intelektual menjadi tolak ukur utama dari pada moral spiritual. Sehingga pendidikan seolah-olah menjadikan manusia sebagai robot, dengan demikian pendidikan belum mampu memanusiakan manusia secara utuh. Pendidikan yang baik adalah menjadikan setiap peserta didiknya mampu mengembangkan diri secara bebas dan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian diharapkan pendidikan bisa menjadi pendorong terhadap pengembangan diri dan karakter setiap peserta didik.

Sistem pendidikan saat ini lebih mengedepankan sisi materi dan keduniawian, setiap peserta didik mulai dari pendidikan dasar sampai universtas sudah ditanamkan bahwa ketika lulus nanti bertujuan menjadi pegawai, mendapatkan pekerjaan yang layak, atau menjadi pejabat. Kadangkala pendidikan sekarang melupakan moralitas sebagai salah satu tujuan adanya pendidikan. Sehingga menjadikan lulusan-lulusan yang bersaing untuk meraih materi dan kedudukan. Sistem pendidikan yang menekankan pada oreintasi transfer ilmu dan keahlian daripada pembangunan moralitas dan emosional perkembangan peserta didik akan memunculkan sikap individualistis, skeptis, tidak mau menerima hal-hal non-observasional dan sikap menjauhi nilai-nilai Ilahiyah dan nilai-nilai kemanusiaan. Lalu bagaimana islam memandang pendidikan yang humanis?.

It’s My Dream...

Islam sebagai ajaran suci sangat memperhatikan kearifan kemanusiaan sejak awal. Islam dalam ajarannya memberikan perlindungan dan jaminan lebih terhadap nilai-nilai kemanusiaan kepada semua umat tanpa terkecuali. Setiap muslim memiliki kewajiban untuk mengakui, memelihara, dan menetapkan kehormatan diri orang lain. Hal ini merupakan cara mewujudkan sisi kemanusiaan manusia yang menjadi tugas utama dalam membentuk dan melangsungkan hidup umat manusia.

Dalam islam, pemikiran pendidikan yang humanis bersumber dari misi utama kerasulan Muhammad, yaitu memberikan rahmat dan kebaikan kepada seluruh umat manusia dan alam semesta sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an Surah Saba ayat ke 28 dan Surah Al-Anbiya ayat 107. Ayat inilah yang menjadi acuan dan mengilhami pemikiran pendidikan yang kembangkan menjadi pendidikan humanis yang disebut juga dengan pendidikan humanistik-islami. Istilah “Pendidikan Humanistik-Islami” mencakup dua konsep pendidikan yang di integrasikan, yakni pendidikan humanistik dan pendidikan islam. Dalam pengintegrasian dua konsep pendidikan ini dimaksudkan juga untuk mengurangi kelemahannya.

Pendidikan humanistik yang menekankan kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan religius (islam) agar dapat membangun kehidupan sosial yang menjamin kemerdekaan dengan tidak meninggalkan nilai ajaran agama. Sebagaimana yang saat ini sedang digencarkan oleh pementah terkait program merdeka belajar. Kemerdekaan individu dalam pendidikan menjadi pendorong perwujudan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu tidak boleh ada pemisahan antara antara kedua konsep tersebut, sebab akan menyebabkan tidak terwujudnya nilai-nilai humanisme islam dalam sistem pendidikan.

Konsepsi Pendidikan Islam tidak semata melihat bahwa pendidikan itu sebagai upaya mencerdaskan, melainkan harus sejalan dengan Islam tentang fitrah manusia dan hakekat eksistensinya. Fitrah manusia dengan segala potensinya dalam proses pendidikan haruslah diletakkan sebagai acuan strategis dalam merencanakan, merekayasa dan membangun kembali fungsi pendidikan. Sebab seluruh proses pendidikan harus pula selaras seirama dengan kecenderungan fitrah manusia, sehingga tidak bakal terjadi eliminasi atau deviasi hak yang merefleksikan fitrah manusia.

Dalam mengkonter pengaruh era globalisasi dan degradasi moral yang sedang dan akan terjadi islam merupakan solusi pendidikan yang humanis yang mengajarkan, mendidik, dan mengembangkan segala potensi dasar yang di miliki manusia, yang bertolak dari fitrah manusia untuk mengaplikasikan, mengembangkan, dan menanamkan nilai-nilai universal dalam diri manusia sehingga menjadi manusia yang sesungguhnya dan tetap mengedepankan akhlak mulia.

Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam mendidik anak sesuai konsep Islam antara lain pendidikan melalui keteladanan, pendidikan melalui adat kebiasaan, dan pendidikan melalui nasihat, perhatian, atau pengawasan. Konsep keteladanan artinya dalam proses pendidikan harus memberikan sifat teladan yang baik, dalam pandangan Islam merupakan metode pendidikan yang terbaik dan yang paling membekas dalam anak. Ketika anak dalam diri anak terpatri sifat-sifat atau prinsip-prinsip yang baik pada orang tua, maka secara otomatis dalam jiwa anak juga terkonsep prinsip-prinsip yang baik. Demikianlah, anak akan tumbuh dalam kebaikan, akan terdidik dalam keutamaan ahlak, jika ia melihat kedua orang tuanya memberikan teladan yang baik. Dan, juga sebaliknya, anak akan menjadi nakal dan penuh dengan perbuatan kemaksiatan jika kedua orang tuanya memberikan teladan yang buruk pula.

Kedua, melalui model pembiasaan, hal ini merupakan prinsip utama dalam pendidikan dan termasuk metode paling efektif dalam pembentukan kebaikan dan pelurusan akhlak anak shalih. Dengan demikian, sudah jelas bahwa mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah upaya yang paling terjamin keberhasilannya akan memperoleh buag yang sempurna.

Kemudian melalui model pendidikan dengan cara menasihati dan memberikan petuah yang baik juga termasuk salah satu cara untuk mempersiapkan pembentukan moral, emosional, maupun sosial. Karena, nasihat dan petuah memberikan pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata akan kesadaran dan hakikat sesuatu, mendodorng mata akan kesadaran dan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasinya dengan yang mulia serta membekalinya dengan akhlak-akhlak yang Islami. Dan, nasihat yang tulus akan berpengaruh jika masuk dalam jiwa yang tenang, bening, hati terbuka, dan akal yang jernih.

It’s My Dream...

Sebagai penutup, mendidik anak harus dibarengi dengan pengorbanan, kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa. Mengajarkan anak kebaikan sejak dini adalah tanggung jawab setiap orang tua dan orang-orang disekitarnya, dengan tujuan untuk membangun karakter muslim yang sejati. Menyumpahi dan memaki anak ketika melakukan kesalahan akan menimbulkan traumatik dan penanman mental serta kebiasaan yang tidak baik bagi perkembangan anak dan masa depannya. Untuk itu, pahami potensi anak, kembangkan kemampuanya, beri dukungan, hargai setiap keputusannya, dan bimbinglah kearah yang positif. 

 

 

“Jangan memberikan label negatif pada anak karena keberhasilan anak tidak bisa dilihat dari keadaan hari ini”