KEGIATAN P5 DAN P2RA TEMA BHINNEKA TUNGGAL IKA MENGENAL BUDAYA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK DI MTsN 1 BANJAR
Oleh : Hj. Thaibah, S.Pd
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum mencakup
berbagai aspek seperti materi pembelajaran, metode pengajaran, penilaian hasil
belajar, dan pengembangan keterampilan siswa. Kurikulum dapat berlaku bagi
berbagai jenjang pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjutan.
Dalam pengertian ini, kurikulum menjadi acuan bagi guru, siswa, dan seluruh
elemen pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Tujuan
kurikulum yaitu sebagai alat pendidikan untuk menghasilkan siswa yang
berintegrasi. Kurikulum juga membuat
siswa mengerti sistem pendidikan yang diterapkan, sehingga siswa dapat
memutuskan pendidikan yang ia inginkan di jenjang selanjutnya. Tujuan kurikulum
juga untuk memeratakan pendidikan dalam negara. Membimbing serta mendidik siswa
agar menjadi pribadi yang cerdas, berpengetahuan tinggi, kreatif, inovatif,
bertanggung jawab, dan siap masuk dalam kehidupan bermasyarakat.
Di
Indonesia telah banyak mengalami perubahan kurikulum, di antaranya kurikulum
1947, 1964, 1968, 1973, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan ter- akhir 2013,
hingga Kurikulum Merdeka yang digunakan saat ini.
Mulai
Tahun Ajaran 2022/2023 Kurikulum Merdeka
menjadi salah satu opsi yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan.
Karakteristik utama dari kurikulum Merdeka adalah Pembelajaran berbasis proyek.
Dalam kegiatan proyek ini, peserta didik berkesempatan mempelajari tema-tema
atau isu penting sekitar. Beberapa contohnya seperti isu perubahan iklim, anti
radikalisme, kesehatan mental, budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan
berdemokrasi.
Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah projek yang akan menemukan
jawaban atas pertanyaan mengenai peserta didik dengan kompetensi seperti apa
yang ingin dihasilkan oleh sistem pendidikan Indonesia. P5 dirancang untuk
menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Projek
tersebut dilakukan dengan menanamkan karakter pada pribadi peserta didik
berdasarkan nilai-nilai pancasila.
Kompetensi
P5 memperhatikan beberapa faktor yang dapat memberikan pengaruh, baik faktor
internal atau faktor eksternal. Adapun contoh faktor internal yang diperhatikan
adalah ideologi, sementara contoh dari faktor eksternal adalah tantangan di era
digital. P5 berupaya menjadikan peserta didik sebagai penerus bangsa yang
unggul dan produktif. serta dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan global
yang berkesinambungan.
Visi
Pendidikan Indonesia adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila. Sementara Profil
Pelajar Pancasila mendukung visi tersebut dengan menjadikan Pelajar Indonesia
sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku
sesuai nilai-nilai Pancasila. Siswa sebagai pelajar pancasila di harapkan dapat
membuat sebuah projek atau karya pada masa pendidikan.
Adapun profil pelajar pancasila yang
hendak diwujudkan yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar
kritis, serta kreatif.
Ada beberapa tema dalam mengerjakan
proyek P5 yang bisa diambil sebagai berikut :
1. Gaya Hidup Berkelanjutan
Dalam tema ini topik konservasi
lingkungan bisa dipakai, seperti pencegahan banjir dengan gerakan membuang
sampah pada tempat sampah.
2. Kearifan Lokal
Dalam tema ini topik yang menganggkat
kearifan setempat bisa diangkat, seperti penulisan sejarah setempat atau
pembuat topeng malangan (sekolah yang berada di Malang)
3. Bhinneka Tunggal Ika
Dalam tema ini topik perbedaan ras,
suku, dan agama bisa dipakai, seperti dialog interaktif antara siswa yang
berasal dari suku atau ras berbeda.
4. Bangunlah Jiwa dan Raganya
Dalam tema ini topik pengentasan
permasalah sosial di sekolah bisa dipakai, seperti tema mencari solusi terbaik
untuk bullying yang ramai di kalangan remaja.
5. Suara Demokrasi
Dalam tema ini topik musyawarah atau
rembukan bisa dipakai, seperti tema pemilihan ketua osis dengan cara musyawarah
mufakat.
6. Rekayasa dan Teknologi
Dalam tema ini topik mengenai teknologi
bisa dipakai, seperti membuat aplikasi untuk memudahkan penyimpanan file
pembelajaran bagi siswa yang tidak masuk sekolah.
Dalam
IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) khususnya di Madrasah terdapat hal baru
yang di sebut Projek Penguatan Profil Pelajar Rahmatan Lilalamin atau yang
biasa disebut dengan P2RA. Dalam P2RA terdapat nilai-nilai yang mengarahkan
pada hidup rukun dan damai seperti Ta'addub, Qudwah, Muwatanah, Tawassut,
Tawazun, I'tidal, Musawah, Syura, Tasamuh dan Tathawwur wa ibtikar nilai-nilai
ini sejalan dengan nilai-nilai yang ada pada moderasi beragama. Dan tentunya
projek ini diberikan secara jelas kepada setiap madrasah yang telah menerapkan
IKM di lembaganya. IKM yang menitik beratkan pada proses pembelajaran ranah
sikap menjadi jalan atau secercah cahaya bahwa pendidikan mampu menjadi jalan
terbaik mendidik putra-putri penurus bangsa di masa yang akan datang.
Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin
(P5P2RA) bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan kesadaran peserta didik
tentang nilai-nilai Pancasila, kewarganegaraan, demokrasi, dan hak asasi
manusia berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa. merupakan sarana memberi kesempatan peserta
didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter sekaligus
kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan proyek
profil pelajar ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari
tema-tema atau isu penting sehingga peserta didik dapat melakukan aksi nyata
dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan tahapan belajar dan kebutuhannya.
Proyek penguatan profil pelajar Pancasila diharapkan dapat menginspirasi
peserta didik untuk berkontribusi bagi lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini diharapkan peserta didik
dapat memiliki kesempatan belajar dari lingkungan nya dengan berkarakter
Pancasila yang Rahmatan Lil Alamin.
P2RA
(Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin) lebih mudahnya adalah P5 yang ditambahi
dengan tujuan yang bersifat agamais. P5P2RA bertujuan untuk mengamati dan
menyelesaikan permasalahan berdasar potensi diri, pemberdayaan diri,
peningkatan diri, pemahaman diri, dan peran sosial yang disertai dengan
kemampuan pelajar yang memiliki sikap dan perilaku beriman, bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, gotong-royong,
mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Pengertian Pendidikan Berkarakter, Tujuan, manfaatnya bagi Peserta didik
Karakter
adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai suatu tanda dari
kebajikan, kebaikan, dan juga kematangan moral yang dimiliki seseorang.
Karakter merupakan akumulasi dari kepribadian seseorang, watak, dan juga sifat
yang dimiliki oleh seorang individu. Selain itu, juga mengarah kepada kebiasaan
atau keyakinan individu dalam kehidupan sehari-harinya. Pembentukan karakter
seseorang juga terjadi melalui sebuah proses yang panjang, proses pembelajaran
sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, karakter yang dimiliki oleh
seseorang bukanlah hasil dari bawaan sejak lahir, tetapi juga terbentuk karena
adanya suatu proses pembelajaran dari keluarga dan juga orang sekitar atau
lingkungan.
Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) merupakan upaya untuk menumbuhkan dan membekali
generasi penerus agar memiliki bekal karakter baik, keterampilan literasi yang
tinggi, dan memiliki kompetensi unggul abad 21 yaitu mampu berpikir kritis dan
analitis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Pendidikan karakter (character
education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya
adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus-menerus guna
penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
Pendidikan
karakter adalah pendekatan dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan
karakter atau kepribadian yang baik pada individu. Berikut ini adalah
pengertian dari pendidikan karakter menurut beberapa ahli:
1. Lickona (1991): Pendidikan karakter
adalah usaha sadar dan terencana dalam membantu siswa memahami, peduli, dan
berkomitmen terhadap nilai-nilai moral yang baik.
2. Berkowitz (1993): Pendidikan karakter
adalah proses pembelajaran yang memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang
memungkinkan individu menginternalisasi nilai-nilai moral dan bertindak sesuai
dengan nilai-nilai tersebut.
3. Ryan dan Bohlin (1999): Pendidikan
karakter adalah proses pembentukan nilai-nilai moral yang dilakukan secara
konsisten, terstruktur, dan berkelanjutan untuk membantu individu mengembangkan
kepribadian yang baik.
4. Nucci (2001): Pendidikan karakter
adalah upaya sistematis untuk mengembangkan moralitas individu melalui
pengajaran, pengalaman sosial, dan pembentukan kebiasaan baik.
5. T. Ramli (2001): Pendidikan karakter
adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak
sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.
6. Lickona dan Davidson (2004): Pendidikan
karakter adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk membantu
individu mengembangkan nilai-nilai moral yang baik, menjadikannya bertanggung
jawab, dan membentuk kepribadian yang baik.
Tujuan
Pendidikan Berkarakter
Tujuan Pendidikan Berkarakter di sekolah antara lain:
1. Membentuk individu yang memiliki
moralitas tinggi, integritas, dan tanggung jawab sosial.
2. Menghasilkan generasi yang memiliki
kemampuan untuk berpikir kritis, berempati, dan unggul secara intelektual,
maupun emosional
3. Membentuk karakter atau akhlak yang
mulia secara utuh, terpadu dan seimbang.
Manfaat
Pendidikan Berkarakter
Beberapa manfaat
dari pendidikan berkarakter di sekolah meliputi:
1. Meningkatkan
Kualitas Kehidupan Berkelompok
Siswa yang memiliki
karakter yang baik cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik dan mampu
berkontribusi secara positif dalam kehidupan berkelompok.
2. Menyediakan
Landasan untuk Kesuksesan Masa Depan
Pendidikan karakter
membantu siswa mengembangkan keterampilan dan sikap yang penting untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.
3. Membentuk Warga
Negara yang Bertanggung Jawab
Dengan memperkuat
nilai-nilai moral dan etika, pendidikan karakter membantu membentuk warga
negara yang bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat.
Dengan
kata lain Pendidikan karakter memiliki banyak manfaat yang berguna bagi peserta
didik. Melalui pendidikan tersebut, mereka bisa memiliki kecerdasan intelektual
dan emosional yang baik. Bahkan menurut para ahli, kecerdasan emosional bisa membuat
seorang anak menyelesaikan dan menghadapi berbagai tantangan dengan baik di
masa depan. Selain itu, pendidikan karakter mampu membuat anak menggunakan
pengetahuan dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui Permainan Tradisional menumbuhkan
karakter peserta didik
Permainan tradisional adalah jenis olah
permainan rakyat yang merupakan warisan kebudayaan nenek moyang bangsa
Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam suatu komunitas masyarakat tertentu,
diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Salah satu bentuk
manfaat dari permainan tradisional yaitu untuk penanaman nilai-nilai karakter.
Nilai karakter adalah suatu konsep dasar yang diterapkan ke dalam pemikiran
seseorang untuk menjadikan aspek jasmani, rohani maupun budi pekerti agar lebih
berarti dari sebelumnya dan mengurangi krisis moral.
Karakter yang diharapkan meliputi:
1) cinta Tuhan beserta alam semesta beserta isinya;
2) tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian;
3) kejujuran;
4) hormat dan santun;
5) kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama;
6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah;
7) keadilan dan kepemimpinan;
8) baik dan rendah hati;
9) toleransi, cinta damai, dan persatuan.
Permainan tradisional merupakan salah
satu unsur budaya bangsa yang tersebar luas di seluruh Nusantara, namun lambat
laun keberadaannya semakin punah. Apalagi masyarakat yang saat ini tinggal
tinggal di perkotaan, bahkan sebagian orang sudah tidak mengenal lagi permainan
tersebut. Namun, masih ada beberapa jenis permaninan tradisional yang bertahan,
dan karena permainan tradisional jauh dari terpapar permainan modern yang mengutamakan alat permainan
digital seperti sekarang ini. Permainan anak tradisional merupakan perwujudan
dari kearifan yang diturunkan kepada masyarakat secara turun temurun dan lebih
bersifat sosial. Anak terlibat secara emosional dengan kawan lain ketika
bermain permainan tradisional. Mereka merasa saling membutuhkan sehingga akan
berkembang menjadi generasi yang penuh tenggang rasa, bisa mengerti, dan
memahami perasaan orang lain. Permainan tradisional memiliki pesan untuk bekal
kehidupan anak-anak di masa yang akan datang. Hal tersebut karena tingkat
perkembangan mental anak pada masa anak-anak akan berpengaruh pada kualitas
mereka di masa depan.
Kegiatan
P5 PPRA Tema Bhinneka Tunggal Ika “Permainan Tradisional”
Salah satu cara untuk melestarikan
budaya yang kita miliki adalah memperkenalkan dan mewariskan budaya yang kita miliki kepada
generasi muda. Pada kegiatan P5 dan PPRA Tim Pengembang Kurikulum MTsN 1 Banjar
Tahun Pelajaran 2023/2024 mengusung tema Bhinneka Tunggal Ika dengan topik Permainan
Tradisional untuk kelas VIII.
Kegiatan P5 dan P2RA di mulai Pada tanggal 22/01/2024, dalam
kegiatan ini fasilitator menjelaskan tentang Tema yang dipilih , dimensi,
elemen P5 dan nilai PPRA. Fasilitator membagi peserta didik menjadi beberapa
kelompok dan memandu peserta didik dalam pencarian bahan tentang topik yang
diangkat tentang Permainan Tradisional. Masing-masing kelompok merangkum materi
P5-PPRA yang telah mereka peroleh dari fasilitator.
Gambar 1. Penjelasan P5-PPRA Tema Bhinneka
Tunggal IKa topik Permainan Tradisional oleh fasiltator dan diskusi kelompok.
Pada tanggal 23/01/2024 Peserta didik menyimak penyampaian
materi P5-PPRA yang disampaikan oleh Bapak Rizali Faeli dari Purna Prakarya
Pemuda Indonesia (PPPI), mereka juga menyaksikan pemutaran video tentang
permainan tradisional. Dalam kegiatan P5-P2RA kali ini mengangkat beberapa permainan Tradisional diantaranya:
1.
Gasing adalah
permainan yang berputar pada porosnya serta memiliki keseimbangan pada satu
titik. Cara memainkan gasing adalah tali dililitkan di bagian atas gasing,
kemudian gasing dilempar dan akan berputar karena tali ditarik kembali setelah
dilempar. Gasing akan berputar mengikuti ikatan tali itu. Biasanya, gasing
dimainkan secara berkelompok atau satu lawan satu. Pada permainan ini peraturannya
adalah bagi gasing yang mampu berputar paling lama maka itulah pemenangnya.
2.
Logo merupakan
permainan tradisional Suku Banjar. Permainan rakyat dari Kalimantan Selatan.
Logo terbuat dari dua lapis tempurung kelapa yang direkatkan dengan aspal atau
dempul supaya berat dan kuat. Ukuran tempurungnya memiliki garis tengah sekitar
5-7 cm dan tebal 1-2 cm.
Bentuk logonya juga bermacam-macam,
tidak selalu bundar. Ada yang berbentuk bidawang (bulus), biuku (penyu),
segitiga, layang-layang, dan daun.
Pemain
dibantu sebuah alat yang disebut panapak. Di beberapa daerah disebut campa,
yakni stik atau pemukul dari bilah bambu dengan panjang sekitar 40 cm dan lebar
2 cm.
Fungsi
panapak atau campa adalah untuk mendorong logo agar bisa meluncur dan
menghantam logo lawan yang dipasang saat bermain. Balogo bisa dimainkan
sendirian, satu lawan satu. Bisa pula secara beregu. Aturan bermain balogo itu
sederhana. Siapa yang bisa merobohkan logo lawannya, maka dialah si pemenang.
3.
Daku
atau Badaku adalah salah satu permainan tradisional yang juga dimainkan di
Kalimantan Selatan. Permainan ini melibatkan papan khusus yang memiliki lubang
tertentu dan kemudian diisi oleh berbagai macam, entah itu kerikil,
biji-bijian, atau butir khusus yang dibuat untuk permainan ini.
Aturan
Permainan
1)
Permainan
dilakukan oleh dua orang saja.
2)
Permainan
menggunakan papan khusus yang kemudian disebut sebagai Papan Dakuan yang
memiliki enam belas buah lubang terdiri atas empat belas lubang kecil yang
berhadapan dan dua lubang besar di sisi kiri dan kanan. Tujuh lubang kecil di
sisi pemain serta satu lubang besar di sisi kanan pemain adalah miliknya,
begitu pula sebaliknya.
3)
Permainan
menggunakan 98 buah atau biji Daku. Dimana setiap lubang kecil diisi
masing-masing 7 buah biji daku
Cara
Bermain
1)
Setiap
lubang kecil akan diisi dengan tujuh biji pada permulaan dari permainan.
2)
Setiap
pemain dapat memilih lubang yang akan diambil bijinya dan akan meletakkan satu
demi satu biji tersebut ke lubang selanjutnya setelah lubang yang dia ambil
bijinya dengan arah berlawanan jarum jam.
3)
Maka,
apabila biji berakhir di lubang kecil yang masih berisikan biji, pemain berhak
untuk mengambil seluruh biji tersebut dan melanjutkan meletakkan seluruh biji
pada lubang sebagai mana sebelumnya.
4)
Apabila
biji habis di lubang besar, maka pemain dapat melanjutkan dengan mengambil biji
dari lubang kecil di sebelahnya.
5)
Apabila
biji habis di lubang kecil sisinya, maka pemain dapat mengambil biji di
seberang dari sisi tersebut.
6)
Tetapi
apabila langkahnya terhenti di lubang kosong milik lawan, maka pemain harus
berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
7)
Permainan
berakhir jika lubang kecil kosong dan lubang besar terisi, menyatakan tidak ada
biji lagi untuk dimainkan.
8)
Yang
mendapatkan biji terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.dan
4.
Permainan
bakiak merupakan permainan yang menggunakan sandal/terompah panjang dan terbuat
dari kayu ringan yang berderet. Permainan bakiak melatih kekompakan dari para
pemainnya.
Cara
Permainan Bakiak
1)
Tiap-tiap
anak memakai bakiak yang sudah disesuaikan secara kelompok
2)
Semua
regu siap di garis start untuk memulai permainan
3)
Ketika
aba-aba dibunyikan, maka semua anak dalam satu regu harus berjalan secara
bersamaan agar terjaga keseimbangannya
4)
Pemenang
adalah tim yang sampai di garis final terlebih dahulu.
Kegiatan selanjutanya peserta didik
di bimbing oleh masing-masing fasilitaor
untuk merancang dan membuat permainan tradisional pada tanggal 24/01/2024 yang
kemudian permainan yang mereka buat akan diperlombakan oleh masing-masing
anggota kelompok atau anggotanya melawan peserta didik kelas yang lain. Dan
pada tanggal 25/01/2024 peserta didik melaksanakan praktik / peragaan permainan
tradisional yang telah mereka buat secara berkelompok.
Gambar 2 Pembuatan
Permainan Tradisional
Gambar 3 Lomba Permainan Tradisional P5-PPRA
Pada tanggal 21/05/2024 di laksanakan kegiatan
pameran dokumentasi P5-PPRA yang sekaligus kegiatan Perlombaan Permainan
tradisional oleh masing-masing kelompok P5P2RA. Kegiatan ini dibuka oleh kepala
Madrasah Bapak H. Saipurrahman, MM yang ditandai dengan pemotongan pita,
kegiatan ini juga dihadiri oleh pengawas Madrasah Bapak Busairi, S.Pd yang
dilanjutkan dengan Perlombaan Permainan tradisional antar kelas. Dengan
kegiatan P5P2RA yang mengangkat topik permainan tradisonal menjadikan peserta
didik memiliki karakter jujur, sportif, gigih dan memiliki sikap mau
bekerjasama (bergotong royong), bisa melatih konsentrasi, pengetahuan, sikap,
keterampilan dan ketangkasan. Dengan kata lain kegiatan P5P2RA topik permainan Tradisional
ini membawa pengaruh positif pada peserta didik baik itu ketajaman pikir,
kehalusan rasa, dan kekuatan kemauan, dapat menguasai diri serta menyadari
kekuatan orang lain untuk kemudian mengatur strategi yang tepat agar mampu
mengatasi permasalahannya. Selain itu permainan tradisional, dapat merangsang
sejumlah aspek yang dimiliki anak dalam perkembangannya baik aspek motorik,
kognitif, bahasa, emosi, sosial, dan karakter. Aspek-aspek yang distimulus ini
semakin nyata dampak positifnya ketika anak mempraktikkan permainan tradisional
tersebut.
Gambar 4. Kegiatan pameran dokumentasi P5-PPRA Topik Permainan Tradisional